
Kedudukan Rasulullah diantara manusia

Syahadat rasul yang kita ucapkan
menuntut kita untuk mengakui bahwa Muhammad bin Abdullah adalah nabi dan utusan
Allah. Pengakuan akan kenabian dan kerasulannya harus dibarengi dengan sikap
proporsional, tidak berlebihan, namun juga tidak mengurangi hak-haknya. Beliau
saw. melarang ketika ada sebagian shahabat yang memperlakukannya secara
berlebihan seraya menjelaskan kedudukan yang sebenarnya dengan sabdanya: “Aku
adalah hamba Allah dan rasul-Nya. karena itu panggillah aku Abdullah wa Rasuluhu.”
Nabi Muhammad SAW telah menjelaskan kedudukannya kepada kita selaku ummatnya
sebagai berikut :
1. Seorang Manusia Biasa (Abdun
min ibadillah)
Rasul Muhammad SAW adalah sebagai
hamba dan manusia biasa yang juga makan, minum, pergi ke pasar, beristeri,
berniaga dan segala aktivitas manusia dikerjakan dan ditunaikannya dengan baik.
Rasul melaksanakan keperluan sebagai mana manusia lainnya melaksanakan
keperluannya. Dari keadaan ini dapat disimpulkan bahwa Rasul sebagai manusia
dan kita pun sebagai manusia sehingga apa yang dikerjakan oleh Nabi juga dapat
dilaksanakan oleh kita secara baik. Tidak ada alasan untuk tidak mengerjakan
perintah Rasul karena Allah telah mengutus Rasul dari kalangan manusia juga. Yang
membedakan rasul dengan manusia yang lain ialah Rasul mendapat wahyu sementara
manusia biasa tidak.
Dalil
al Quran surat al Kahfi (18) ayat 110 :
al Quran surat al Kahfi (18) ayat 110 :
Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti
kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah
Tuhan yang Esa." Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka
hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan
seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya."
al Quran surat al Isra (17) ayat 1 :
Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya
pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami
berkahi sekelilingnya, agar Kami perlihatkan kepadanya
sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Dari kedua ayat di atas terlihat bahwa rasulullah adalah manusia biasa
seperti kita dan Allah sendiri nyatakan bahwa Rasulullah adalah hamba Nya. Rasulullah
juga mengatakan kepada para sahabatnya bahwa Aku ini adalah hamba Allah dan
Rasul Nya, Karena itu panggillah Aku Abdullah wa Rosuluhu. Beliau adalah
manusia biasa, memiliki keturunan (nasab) manusia dan fisiknya (jasadnya) pun
juga manusia.
al Quran surat al Isra (25) ayat 7 :
Dan mereka berkata: "Mengapa rasul itu memakan
makanan dan berjalan di pasar-pasar? Mengapa tidak diturunkan kepadanya seorang
malaikat agar malaikat itu memberikan peringatan bersama- sama dengan dia?,
Rasul sebagai manusia digambarkan makan, ke pasar dan sebagainya. Perilaku ini menggambarkan suatu aktivitas sehari-hari manusia. Apabila Rasul sebagai manusia maka dakwah mudah dilaksanakan dan mudah diterima, tidak ada alasan bagi manusia untuk menolaknya. Apabila malaikat sebagai Nabi maka banyak alasan untuk tidak melaksanakan perintah Allah. Kaum Yahudi senantiasa mempermasalahkan kehadiran Rasul yang berasal dari manusia. Sebetulnya mereka mengada-adakan persoalan yang didasari kekufurannya kepada Allah.
al Quran surat al Isra (13) ayat 38 :
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus beberapa Rasul
sebelum kamu dan Kami memberikan kepada mereka isteri-isteri dan keturunan. Dan
tidak ada hak bagi seorang Rasul mendatangkan sesuatu ayat (mukjizat) melainkan
dengan izin Allah. Bagi tiap-tiap masa ada Kitab (yang tertentu).
Rasul sebagai manusia juga dijelaskan dengan peranan Rasul sebagai suami dan bapa dari anak-anaknya. Dengan peranan ini menjadikan manusia lebih sempurna dan dapat mengikutinya dengan baik setiap amalan dan arahannya.
Secara nasab Rasul berasal dari kaum Quraish. Bapaknya yang bernama Abdullah dan ibunya bernama Aminah. Beliau mempunyai keluarga dan keturunan yang jelas. Begitupun tentang sejarah kelahiran dan asal usulnya. Sejarah yang menjelaskan bagaimana nabi dibesarkan sehingga menjadi Rasul juga banyak terdapat di berbagai buku sirah Nabi.
Jism atau jasad nabi Muhammad SAW digambarkan banyak oleh hadits seperti rambutnya yang rapi dan selalu disisir, badannya yang kuat, tingginya sederhana dan sebagainya. Dari gambaran jasad ini Nabi adalah manusia yang juga sebagai manusia biasa lainnya.
Penggambaran Nabi sebagai hamba Allah terdapat di dalam sirah
nabawiyah. Penggambaran ini dijadikan sebagai pengajaran , menerangkan sesuatu
dan juga dapat sebagai petunjuk bagi kita yang membacanya. Dari sirah nabawiyah
dapat disimpulkan bahwa Nabi sebagai hamba Allah dan menjalankan
aktivitas-aktivitasnya sebagai manusia biasa.
Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat
pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita
yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan
menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang
beriman. (QS. Yusuf : 111)
Walaupun beliau adalah manusia pilihan Allah, namun beliau ingin
diperlakukan sebagai manusia biasa. Ini menunjukkan gaya egaliter beliau
sehingga tidak ada alasan untuk disanjung setinggi langit atau sebaliknya
diperolok-olok dan didustakan. Hal ini tergambar jelas dalam perjalanan hidup
beliau yang tercatat dalam kitab sejarah.
2. Seorang Rasul diantara rasul-rasul Allah (Rasulun minal mursalin)
Muhammad SAW selain sebagai hamba biasa juga sebagai Rasul yang
mempunyai keutamaan dan ciri-ciri kerasulan. Muhammad seperti Rasul lainnya
juga mempunyai mukjizat dan tugas-tugas mulia. Dalam Al Quran surat Ali Imran
ayat 144 dinyatakan :
Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul,
sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah Jika dia wafat
atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke
belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun,
dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.
Sebagai seorang rasul, beliau memiliki tugas :
a. Tabligh atau menyampaikan Risalah kepada ummatnya
Peranan Rasul yang utama adalah menyampaikan risalah Tuhan karena inilah yang membedakannya dengan manusia biasa. Rasul membawa manusia untuk mengabdi kepada Ilah yang satu yaitu Allah SWT. Menyampaikan misi Islam dan memberikan contoh adalah aktivitas utama para Rasul.
Supaya Dia mengetahui, bahwa sesungguhnya rasul-rasul
itu telah menyampaikan risalah-risalah Tuhannya, sedang (sebenarnya) ilmu-Nya
meliputi apa yang ada pada mereka, dan Dia menghitung segala sesuatu satu
persatu (QS Jin : 28)
(yaitu) orang-orang yang menyapaikan risalah-risalah Allah, mereka takut kepada-Nya dan mereka tiada merasa takut kepada seorang(pun) selain kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai Pembuat Perhitungan. (QS. Ahzab :39)
b. Menunaikan amanah atau Adaul Amanah
Rasul telah menunaikan amanahnya sebagai rasul yaitu menyampaikan
risalah kepada manusia. Menunaikan amanah dan tugas menyampaikan misi ini merupakan
peranan Rasul. Bukti bahwa Rasul telah menunaikan amanah ini adalah
pengikut-pengikutnya yang setia dan menyebarkan dakwah kepada manusia.
Supaya Dia mengetahui, bahwa sesungguhnya rasul-rasul
itu telah menyampaikan risalah-risalah Tuhannya, sedang (sebenarnya) ilmu-Nya
meliputi apa yang ada pada mereka, dan Dia menghitung segala sesuatu satu
persatu (QS Jin : 28)
Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu
dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu,
berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari
(gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada
orang-orang yang kafir. (QS. Al Maidah : 67)
c. Memimpin Ummat atau Imamatul Ummat
Inti tugas Beliau adalah berdakwah Ilallah yaitu mengajak seluruh
ummat manusia untuk mengesakan Allah dan tidak menyekutukan Nya dengan apapun
jua. Membebaskan penghambaan kepada
sesama makhluk kecuali hanya untuk Allah semata. Itulah tugas para nabi yang
nantinya akan dijadikan rujukkan para Da’i dalam berdakwah. Nabi Muhammad SAW
sebagai Rasul juga sebagai Imam yang bertanggung jawab ke atas ummatnya. Pada
hari kiamat Nabi berperanan sebagai pembela Ummat. Hal ini menunjukkan bahwa
Nabi juga bertanggungjawab terhadap apa-apa yang sudah disampaikan kepada
ummatnya. Ketika dihari penghitungan di hari kiamat Nabi bertanggung jawab atas
ummatnya.
Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila
Kami mendatangkan seseorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami
mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu).
(QS. An Nisa : 41)
(Ingatlah) suatu hari (yang di hari itu) Kami panggil
tiap umat dengan pemimpinnya; dan barangsiapa yang diberikan kitab amalannya di
tangan kanannya maka mereka ini akan membaca kitabnya itu, dan mereka tidak
dianiaya sedikitpun. (QS.
Isra : 71)
3. Sunnah
Dari segi bahasa Sunnah bererti jalan. Maksud Sunnah Nabi adalah segala sesuatu yang disebutkan, diakurkan dan diamalkan. Sunnah Nabi bernilai syar'i dan perlu untuk mengikutinya. Sunnah yang demikian dijadikan sebagai teladan dan ikutan. Sesuatu di luar itu boleh dilaksanakan boleh juga tidak, ia merupakan sesuatu yang tidak wajib seperti Nabi biasa menunggang unta, memakai pakaian budaya Arab, perang dengan pedang, dan sebagainya. Perkara ini adalah wasailul hayah yang boleh berubah dan tidak mesti mengikutinya. Yang perlu diikuti dan bernilai sunnah adalah yang bersifat minhajul Hayat. Sunnah ini dijadikan sebagai fiqh ahkam untuk rujukan beramal atau mengambil keputusan. Dalam sunnah akan ditemukan :
a. Fiqhul Ahkam
Bagi muslim dalam menjalankan hidup dan dakwah tentunya menghadapi
banyak cobaan selain dari bagaimana semestinya menjalani hidup ini dengan
sempurna. Peranan hukum atau aturan sebagai panduan membawa kita ke arah yang
sempurna sangatlah diperlukan. Rasul dijadikan sebagai tempat ketaatan dan
ikutan, dan juga sebagai rujukan hukum. Fiqh ahkam yang digunakan sebagai dalil
juga memerlukan pandangan sunnah.
Dan Kami tidak mengutus seseorang rasul melainkan untuk ditaati dengan seizin Allah. Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinya[313] datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasulpun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.(QS An Nisa : 64)
Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak
beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka
perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan
terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.(QS
An Nisa : 65)
Dari ayat di atas tergambar bahwa Rasul harus dijadikan sebagai
rujukan hukum dalam mengurus perselisihan.
b. Dakwah Nabawiyah
Pemahaman yang mendalam terhadap
sunnah juga memberikan konsep yang benar dalam mendakwahkannya disamping
memberi gambaran yang utuh tentang pribadi rasul dan syariat. Karena dakwah
merupakan ibadah, maka bukan hanya muatan dakwah yang harus diperhatikan namun
juga pendekatan dan metodolongi yang digunakan. Hal ini perlu supaya tidak
terjadi kontra produktif. Pemahaman yang benar dan utuh terhadap sunnah beliau
saw dalam berdakwah akan memberikan hasil yang baik.
Al Qur'an dan juga Sirah banyak menjelaskan dakwah nabi. Dari kedua
ini muncul fiqh dakwah yang bersesuaian dengan realita, tuntutan, keadaan dan
respons masyarakat tempatan. Misalnya Allah menceritakan perjalanan Hijrah Nabi
bersama Abu Bakar yang berada di gua Tsur, didapati banyak ular dan berbagai hewan
yang berbahaya, kemudian nabi berkata janganlah takut sesungguhnya Allah
bersama kami. Ayat yang menggambarkan dakwah ini menjadi fiqh dakwah bagi para
da'i saat ini khususnya memotivasikan kita agar senantiasa berdakwah walaupun
menghadapi banyak cobaan dan rintangan.
Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka
sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir
(musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari
dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada
temannya: "Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta
kita." Maka Allah menurunkan keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan
membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Al-Quran menjadikan
orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi.
Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (QS. At Taubah : 40)
c. Sejarah perjalanan hidup
Rasulullah saw (sirah nabawiyah)
Yaitu riwayat yang mengutarakan
perjalanan hidup beliau sebagai manusia sejak sebelum lahir hingga wafatnya.
Mempelajarinya merupakan ibadah karena dengannya keimanan seseorang kepada
Allah dan Rasul-Nya akan semakin kuat.