
Syarat Mengambil Manfaat dari Al Qur'an

Imam Ibnu Qayyim rahimahullah.
dalam al-Fawaid mengatakan bahwa kita akan mendapat manfaat
dari al-Qur’an apabila terpenuhi hal-hal sebagai berikut: pemberi pengaruh
[al-Qur’an itu sendiri], tempat yang menerimanya [hati yang hidup], dan tiada
hal yang menghalang (tiada Penghalang antara Al Quran dan Pembacanya).
Ketiga aspek ini diterjemahkan
kedalam lima poin syarat agar kita dapat mengambil dan memperoleh manfaat dari
Al Quran sebagai berikut:
1.
Bersikap Sopan terhadap Al Quran
Dan apabila
dibacakan Al Quran, Maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan
tenang agar kamu mendapat rahmat. (QS. Al Araf: 204)
Jadi dari ayat ini dapat kita
pahami bahwa Allah memerintahkan kita agar mendengar dan memperhatikan sambil
berdiam diri, jika dibacakan Al Quran baik dalam sholat maupun di luar sholat agar
kita mendapatkan rahmat dari Allah SWT.
Bersikap sopan terhadap al Quran ini
dapat diwujudkan dengan cara niat yang baik, kebersihan hati dari penyakit-penyakit
hati, mengosongkan hati dari hal-hal yang menyibukkannya, kesucian jasmani dari
najis, dan mengkhususkan pikiran bersama al-Qur’an.
·
Berniat Baik
Hal yang pertama harus kita
lakukan agar dapat memperoleh manfaat dari Al Quran adalah dengan memperbaiki
niat kita ketika akan membaca Al Quran. Niatkan pada diri kita, bahwa kita
membaca Al Quran adalah untuk mendapat ridho Allah SWT, mendapatkan surga-Nya,
terbebas dari neraka, dan mendapatkan pahala dari-Nya.
Jauhkan diri kita dari sikap atau
niat ingin dipuji kalau kita rajin membaca Al Quran dan pandai baca al Quran.
Jangan sampai kita seperti kisah 3 orang yang dianggap “super soleh” saat
hari dimana kita ditentukan masuk neraka atau surga (seperti keterangan hadis
di bawah ini). Hal ini pun guna menghindarkan kita dari golongan perusak agama,
yaitu menjadi orang yang tidak paham, orang yang tidak ikhlas, dan orang yang
tidak beramal.
*******
Abu Hurairah ra. meriwayatkan,
ia pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, ”Manusia pertama yang diadili pada
hari Kiamat nanti adalah orang yang mati syahid. Orang yang mati syahid
didatangkan di hadapan Allah. Kemudian ditunjukkan segala kenikmatan yang telah
diberikan kepadanya, dan ia mengakuinya.
Allah bertanya, “Apa yang
telah kamu lakukan di dunia?” Dia menjawab, “Aku berperang demi membela
agamamu.” Allah berkata, “Kamu bohong. Kamu berperang supaya orang-orang
menyebutmu Pahlawan.” Kemudian Allah memerintahkan agar amalnya dihitung di
hadapan pengadilan-Nya. Akhirnya ia dilempar ke neraka.
Seorang penuntut ilmu yang
mengamalkan ilmunya dan rajin membaca Al Quran didatangkan dihadapan Allah.
Lalu ditunjukkan segala kenikmatan yang telah diberikan kepadanya, dan ia
mengakuinya. Allah bertanya, “Apa yang telah kamu lakukan di dunia?” Dia
menjawab, “Aku menuntut ilmu, mengamalkannnya, dan aku membaca Al Quran demi
mencari ridha-Mu.”
Allah berkata, “Kamu bohong.
Kamu mencari ilmu supaya orang lain menyebutmu orang alim, dan kamu membaca Al
Quran supaya orang lain menyebutmu orang yang rajin membaca Al Quran.” Kemudian
Allah memerintahkan agar amalnya dihitung di hadapan pengadilan-NYa. Akhirnya
ia dilempar ke neraka.
Selanjutnya, seorang yang
memiliki kekayaan berlimpah dan terkenal karena kedermawanannya, didatang
dihadapan Allah. Kemudian ditunjukkan segala kenikmatan yang telah diberikan
kepadanya, dan ia mengakuinya.
Allah bertanya, “Apa yang
telah kamu lakukan di dunia?” Dia menjawab, “Semua harta kekayaan yang aku
punya tidak aku sukai, kecuali aku sedekah karena-Mu.” Allah berkata, “Kamu
bohong. Kamu melakukan itu semua agar orang-orang menyebutmu orang dermawan dan
murah hati.” Kemudian Allah memerintahkan agar amalnya dihitung di hadapan
pengadilan-Nya. Akhirnya ia dilempar ke neraka.
Abu Hurairah berkata,
“Kemudian Rasulullah menepuk pahaku seraya berkata, “Wahai Abu Hurairah, mereka
adalah manusia pertama yang merasakan panasnya api neraka Jahanam di Hari
Kiamat nanti.” (HR. Muslim)
*******
·
Bersih Hati dan Jasad
Selain niat yang baik kita pun
harus membersihkan hati kita dari penyakit-penyakit hati, salah satunya dari
sikap menyepelekan/menghina mushaf Al Quran itu sendiri. Misalnya kita harus
menjaga mushaf Al Quran tersimpan dengan baik dan tidak diperlakukan sebebas
mungkin seperti barang atau benda yang lain. Ditambah kesucian jasmani diri
kita dari najis harus sangat diperhatikan. Artinya usahakan diri kita
berinteraksi dengan Al Quran dalam keadaan suci dari hadas kecil maupun hadas
besar.
·
Konsentrasi Penuh
Dan poin terakhir dari bersikap
sopan terhadapnya ialah, dengan mengosongkan hati dari hal-hal yang
menyibukkannya dan mengkhususkan pikiran bersama Al Quran. Sederhananya ialah
kita harus konsentrasi penuh ketika berinteraksi dengan Al Quran. Anggaplah Al
Quran ini merupakan SMS, pesan, ataupun surat spesial yang Allah berikan kepada
diri kita sehingga kita akan membacanya dengan penuh penghayatan dan membuat
kita senang dengannya
2.
Baik dalam Talaqqi (Talaqqi dengan
Sebaik-baiknya)
Maksud dari hal ini adalah kita
harus menyiapkan kondisi terbaik kita ketika akan berinteraksi dengan Al Quran.
Hal ini dilakukan dengan hati yang khusyu’; ta’zhim [pengagungan],
dan semangat untuk melaksanakan apa yang diperintahkannya.
·
Hati yang Khusyu’
Salah satu cara untuk mendapatkan
hati yang khusyu adalah dengan mengingat mati, hal ini Allah terangkan dalam Al
Quran sebagai berikut:
- Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu.
dan Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang
yang khusyu’,
- (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya. (QS. Al Baqarah: 45-46)
Dalam mengingat mati, kita dapat
melakukannya dengan beberapa cara yaitu dengan membuat atau menghadiri majelis
dzikrul maut, ziarah kubur, atau yang paling ekstrim yang pernah dicontohkan
oleh Muhammad bin Al Munkadir (bisa dicari sendiri kisahnya) yaitu dengan
membuat kuburan di dalam rumah. Mengapa beliau melakukan hal itu, karena
menurut beliau jika 1 hari saja tidak mengingat kematian maka hati beliau akan
terasa keras membatu. Lalu bagaimana dengan kita yang entah hanya berapa kali
ingat dengan kematian?
·
Ta’zhim (Mengagungkan Al Quran)
Hal ini seperti yang telah
dicontohkan sebelumnya yaitu anggap Al Quran ini surat yang dikhususkan Allah
untuk diberikan kepada kita. Berikan perhatian yang penuh kepadanya, jangan
disepelekan.
·
Semangat untuk Melaksanakan Apa yang
Diperintahkannya
Saat akan membaca siapkan diri
kita untuk mendengar, menerima, dan melaksanakan apa yang diperintahkan-Nya dan
apa yang dilarang-Nya.
3.
Memperhatikan Tujuan Asasi Diturunkannya Al
Quran
Tentunya sebelumnya kita harus
menyiapkan diri kita agar siap mendapat petunjuk dari interaksi kita dengan Al
Quran. Karena tujuan asasi atau tujuan pokok diturunkannya Al Quran adalah
sebagai berikut:
- Sebagai Petunjuk Menuju Ridha Allah
- Membentuk Kepribadian yang Islami
- Pemimpin Manusia (Memandu Umat Manusia tentang Tata Cara Hidup)
- Membentuk Masyarakat yang Islami
Ibarat jika kita memiliki buku
petunjuk membuat pesawat yang paling benar dari awal sampai akhir, dan kita
memiliki kesiapan untuk membuat pesawat itu tentu saja pesawat yang bagus akan
dihasilkan dengan sempurna. Sama halnya dengan Al Quran, Al Quran adalah buku
petunjuk yang benar dari awal sampai akhir tak ada cacat sedikitpun. Jika kita
siap melaksanakan apa yang ada dalam buku petunjuk tersebut maka hidup kita pun
akan menghasilkan sesuatu yang sempurna. Contohnya saja saat kekhalifahan Abu
Bakar yang mengamalkan Al Quran sebagai buku petunjuk, dan Abu Bakar siap
menggunakannnya. Hasil yang diarasakan pun akan sempurna.
4.
Mengikuti Cara Interaksi Para Sahabat ra.
dengan Al Quran
Merekalah generasi terbaik,
mereka mencapai predikat itu karena interaksinya yang sangat baik bersama Al
Quran. Dan cara mereka dalam berinteraksi dengan Al Quran itu adalah:
·
Pandangan yang Menyeluruh
Maksudnya adalah mereka (para
sahabat) tidak memahami ayat-ayat secara terpisah karena ayat satu dengan yang
lain saling terikat. Karena pandangan yang parsial terhadap Al Quran akan
memunculkan anggapan bahwa ada kontradiksi diantara ayat-ayatnya. Hal ini yang
mengakibatkan orang akan mengimani sebagian ayat dan mengingkari sebagian yang
lain. Padahal, mengimani sebagian ayat dan mengingkari sebagian yang lain
adalah kekafiran yang sebenarnya. Rasulullah SAW bahkan melarang kita
mempertentangkan satu ayat dengan ayat lainnya. Sama halnya dengan Islam,
jangan sebagian kehidupan kita saja yang berlandaskan islam, tapi segala aspek
kehidupan kita sebaiknya berlandaskan islam. Walau saat ini belum, tapi kita
jangan sampai pernah hilang harapan untuk itu.
·
Memasuki Al Quran tanpa Membawa Persepsi,
Pemahaman, dan Keyakinan-keyakinan Masa Lalu
Sikap ini dilakukan agar apa yang
akan dipahaminya dari Al Quran tidak dibatasi oleh pemahaman dan
persepsi-persepsi lamanya. Jadi kita harus terima Al Quran apapun itu, tanpa
ada intervensi-intervensi dari pemahaman kita terdahulu. Dan Al Quran lah yang
mulai jadi sandaran hukum mulai dari saat ini juga.
·
Kepercayaan Mutlak kepada Al Quran
Apa yang dikatakan Al Quran
sebagai haram, mereka mengatakannya sebagai haram. Sebaliknya, apa yang Al
Quran katakan sebagai halal, mereka mengatakannya sebagai halal. Bahkan mereka
pun percaya sepenuhnya pada hal-hal yang kadang belum mereka ketahui atau
bertentangan dengan logika berpikir mereka. Karena logikalah yang harus
menyesuaikan dengan Al Quran, bukan Al Quran yang dipaksakan untuk selaras
dengan logika mereka. Kita harus percaya bahwa seluruh isi dari Al Quran itu
adalah benar, dan jangalah pernah merasa bahwa Allah salah.
· Merasakan bahwa Ayatnya (yang
Dibaca/Didengar) Ditujukan kepadanya
Imam Ahmad mengatakan bahwa sipa
saja yang ingin berdialog dengan Allah hendaklah ia membaca Al Quran. Sayyid
Qutub mengatakan bahwa hendaklah ia merasakan seakan-akan wahyu itu sedang
turun kepadanya secara langsung.
5.
Tiada Penghalang
Yaitu tidak adanya hal-hal yang
menghalangi terjadinya pengaruh Al Quran secara efektif, diantaranya:
· Kesibukkan hati dengan hal/urusan lain
Saat membaca Al Quran kita tidak
disibukkan dengan kegiatan lain seperti tugas, nonton TV, SMS, Chatting, dan
lain-lain. Fokus kita hanya tertuju pada interaksi dengan Al Quran.
· Ketidakpahamannya terhadap makna dan
pesan-pesan yang terkandung di dalam ayat yang dibaca atau didengar
Hal ini yang paling sering ada
diantara kita, karena kita tidak paham bahasa arab, oleh karena itu cobalah
kita mulai untuk belajar bahasa arab agar kita paham Al Quran itu sendiri. Atau
minimalnya bacalah Al Quran disertai dengan terjemah dan tafsirnya.
·
Berpaling kepada selain Al Quran
Hal ini yang paling ditakutkan,
kita harus menghindari hal ini, karena berpaling kepada selain Al Quran bukan
hanya akan mengakibatkan kita tidak akan mendapat manfaat Al Quran itu sendiri,
melainkan akan menghantarkan kita kepada kekafiran. Na’udzubillah…! Semoga
Allah menjaga niat kita, memberikan kekuatan dan memudahkan jalan bagi kita
untuk dapat berinteraksi dengan Al Quran, serta mendapatkan manfaat darinya.